Cakupan imunisasi yang tinggi menjadikan kasus campak dan rubella di Jawa otomatis menjadi rendah.
Sejak 1 Januari hingga 18 Februari, sudah ada 9.267 kasus campak di Filipina. Kasus ini meningkat 266 persen dalam periode yang sama pada 2018.
Sebagian besar kasus campak adalah akibat orang tidak divaksinasi sebelum bepergian dan membawa kembali penyakit dari negara-negara seperti Israel, Ukraina dan Filipina.
Awal pekan ini, WHO mengatakan bahwa tren awal untuk 2019 kemungkinan menyepelehkan wabah campak tersebut karena hanya sekitar satu dari 10 kasus campak aktual yang dilaporkan.
Awal bulan ini, Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan jumlah kasus campak di seluruh dunia meningkat 300 persen selama tiga bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan periode waktu yang sama tahun lalu.
Jumlah kasus yang dilaporkan pada 3 Mei meningkat 60 dari minggu sebelumnya dan jumlah negara dengan kasus campak yang dikonfirmasi meningkat dari 22 menjadi 23 setelah pejabat mengkonfirmasi sebuah kasus di Pennsylvania.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan 1.001 orang telah jatuh sakit oleh penyakit menular pada tahun 2019.
WHO mengatakan campak terus menyebar dengan cepat ke seluruh dunia dan sementara Eropa mencatat jumlah tertinggi kasus terkonfirmasi dalam dekade terakhir
Penyebab kenaikan kasus campak yang cukup signifikan itu terkonfirmasi karena sudah 2 tahun berturut-turut Indonesia tidak bisa mencapai target untuk pelayanan imunisasi rutin campak akibat COVID-19.
Jumlah kasus dugaan campak dan rubella di Yaman mencapai 34,300, dengan 413 kematian pada Juli tahun ini.